Diam Lebih Baik Daripada...?

Kim Wong Cilik | Kalau ditanya, bisa nggak kita mengukur iman kita? Bisa nggak mengukur iman kita ini,sudah tinggi tingkatannya atau belum? Kalaupun kita bilang bisa, itu mulut kita yang bicara. Hati kita
bagaimana? Dan yang jelas, sebenarnya perlu atau tidak kita ngurusi imannya orang lain? Bukankah itu urusan orang tersebut dengan penciptanya? Memang bisa jadi ahli ibadah kadar imannya bagus, namun belum tentu juga orang yang tidak bisa mengaji kadar imannya lebih rendah.Kalaupun ingin menilai kadar iman orang lain, punya urusan apa kita?

Ada yang berkata bahwa orang beriman yang paling baik adalah yang paling baik akhlaknya. Dalam hubungannya dengan sesama, menurutku yang paling penting sebenarnya adalah akhlak. Yang orang lain
butuhkan adalah akhlak kita. Urusan akidah biarlah menjadi urusan sang pemilik hidup saja.
Rasulullah
SAW bersabda:"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah
ia berkata baik atau diam "(HR. Bukhari Muslim).
"Tidak akan istiqamah iman seorang hamba sehingga istiqamah hatinya. Dan tidak akan istiqamah hati seseorang sehingga istiqamah lisannya" (HR. Ahmad)"

Mungkin pernah kita temukan seseorang yang sangat rajin ibadahnya tidak hanya ibadah wajib, melainkan ibadah sunah shalat malam juga hampir tak pernah terlewatkan. Tapi orang ini senang sekali menggunjing, senang sekali mengadu domba teman-temannya. Nah, di sini lantas yang salah apanya? Apakah ibadahnya ada yang salah atau bagaimana?
Bukankah shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar?

Mungkin saja memang ibadahnya yang tidak melibatkan hati, atau mungkin juga dia hanya shalat ketika sedang shalat. Jadi dia tidak membawa shalatnya turut serta dalam urusan dunianya ketika dia selesai shalat. Kita sama sekali tidak bisa menilai.Untuk urusan ibadah lagi-lagi yang bisa menilai hanya Tuhan. Orang lain tidak butuh shalat kita, tapi baik tidaknya perkataan kita, baik tidaknya akhlak kita.

Ucapan yang tidak terjaga selain bisa menyakiti orang lain juga menjadi sumber dosa. Tidak hanya kata-kata kotor atau kasar, menggunjing kejelekan orang, ataupun berkata bohong saja, namun juga perkataan yang kita sendiri tidak tahu kebenarannya sehingga bisa menjadi fitnah yang menyakiti hati orang lain. Jadi jika tidak bisa berkata baik, lebih baik diam saja.

Untuk belajar menahan diri, mungkin
hadist berikut bisa mengingatkan kita.
Barang siapa yang bisa menjaga mulutnya, maka Allah akan tutupi keburukannya" (HR. Abu
Nuaim).
Bukankah kita sendiri juga punya keburukan? Jadi sebelum berkata buruk tentang orang lain, kita ingat saja hadist ini. Kita tidak ingin keburukan kita dibuka Allah dihadapan orang lain bukan?
Share on Google Plus

About Joko Prayitno

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment